Nge-share apa?
January 14, 2018
Di
tulisan saya kali ini, saya akan bahas tentang kebiasaan generasi zaman now yang saya perhatikan saat ini.
Pernah gak, kalian temui orang, teman bahkan keluarga kalian yang ngeshare
informasi di whatsup atau sosmed lain yang kalian milikin?Kalau
pernah, coba amatiinformasi tersebut. Informasi itu bisa jadi cerita, analisis,
iklan, undangan dan konten- konten lain yang positif. Namun, tak jarang
informasi yang dishare juga berbau sara, nah.. informasi seperti ini
biasanya panas banget kalau udah masuk perang politik baik itu perang untuk
merebut kursi eksekutif maupun perebutan kursi legislatif. Bagaimana pun informasi
tersebut sangatlah menyenangkan untuk di-kepoin.
Apakah yang anda lakukan dengan informasi tersebut? Sebagian besar mungkin akan menekan tombol share. Btw, Kalau
kalian ditanya alasannya? Adakah yang memilih opsi “ ya.. kitakan cuma mau
berbagi kepada sesama. Gitu doang sih.”
Bukannya
aku gak suka sama budaya berbagi
informasi, selagi itu positif kenapa tidak di lakukan. Terus, kenapa saya amat
tertarik dengan budaya satu ini? Disini saya mau menitiberatkan
pengklarifikasian pada benar dan tidaknya informasi tersebut, terlepas dari
informasi itu berbau positif ataupun negatif, toh kita bisa
mengklasifikasikannya sendirikan.
Netizen (istilah untuk orang- orang yang aktif di media sosial) dari pengamatan saya selama ini, saya mendapati mereka terbagi dalam tiga jenis. Klasifikasikan ini berdasarkan perilaku netizen selama berselancar di dunia maya. Adapun type netizen tersebut, netizen yang pinter, netizen yang sok pinter, dan netizen yang gak mau tahu.
Netizen yang gak mau tahu
Secara
singkat, netizen jenis ini acuh aja sama informasi random yang mereka terima.
Mereka biasanya jadi salah satu pemutus rantai informasi yang selalu disebar
luaskan di internet. Mereka biasanya memperilakukan informasi seperti hanya dibuka,
dibaca, dan sekian. So simple bukan hidup mereka.
Terkadang saya termasuk type netizen yang ini. Maklum aku orangnya suka bosen kalau ada informasi selalu diulang- ulang. Cerita dikit, aku ini orangnya suka males dengan banyaknya waktu yang aku buang sia- sia slama ini. Trus, harus ditambah informasi yang bikin full memory hapeku, dan gak jelas anak muarahnya dari mana. Yaps, itu suatu hal yang memuakan.
Terkadang saya termasuk type netizen yang ini. Maklum aku orangnya suka bosen kalau ada informasi selalu diulang- ulang. Cerita dikit, aku ini orangnya suka males dengan banyaknya waktu yang aku buang sia- sia slama ini. Trus, harus ditambah informasi yang bikin full memory hapeku, dan gak jelas anak muarahnya dari mana. Yaps, itu suatu hal yang memuakan.
Netizen yang sok pinter
Kategori netizen ini yang amat berbahaya.
Selain, mereka adalah sasaran empuk buat oknum
suplayer berita hoax. Berita hoax bisa tumbuh subur berkat mereka.
Bukannya aku melabel mereka adalah orang yang berorientasikan buruk. Namun, kalau kalian merasa bahwa alasan yang diawal artikel tadi benar, coba kalian jawab pertanyaan berikut ini.
Apakah kalian merasa senang
bisa berbagi informasi kepada sesama?
Apakah kalian terbantu dengan informasi yang orang lain berikan kepada
anda?
Apakah anda jamin kalau informasi anda dapat dipercaya?
Apakah anda sudah melakukan klarifikasi terhadap informasi tersebut?
Anda tahu gak kalau anda juga bertanggung jawab apabilah informasi
tersebut tidak benar?
Trus, Apakah kalian masih merasa
senang bisa berbagi informasi kepada sesame?
Jika kalian labil dalam menjawabnya, mungkin kalian termasuk dalam tipe netizen ini.
Berfikir setelah bertindak, itulah mungkin pola fikir mereka. Membagikan segala sesuatu tanpa berfikir informasi itu valid apa tidak, merupakan tindakan yang kurang baik untuk dibiarkan. Yang paling parah, mereka akan merasa puas, dan percaya terhadap berita yang mereka dapat. Kebanyakan berita yang bertebaran di dunia maya saat ini, mulai menyertaka bukti- bukti yang memperkuat argumen berita tersebut, sehingga terkesan berita itu sudah valid. Meskipun demikian, kita sebagai pengguna sosial media dan internet yang kritis, seharusnya timbul pertanyaan, “buktinya valid gak ni? Bisa aja tu bukti cuma diset biar kita bisa percaya”. Kalau kata Virgoun sih “kamu adalah bukti dari cantiknya paras dan hati”. Kalau buktinya cantik, pasti beritanya juga cantik luar maupun dalamnya.
Jika kalian labil dalam menjawabnya, mungkin kalian termasuk dalam tipe netizen ini.
Berfikir setelah bertindak, itulah mungkin pola fikir mereka. Membagikan segala sesuatu tanpa berfikir informasi itu valid apa tidak, merupakan tindakan yang kurang baik untuk dibiarkan. Yang paling parah, mereka akan merasa puas, dan percaya terhadap berita yang mereka dapat. Kebanyakan berita yang bertebaran di dunia maya saat ini, mulai menyertaka bukti- bukti yang memperkuat argumen berita tersebut, sehingga terkesan berita itu sudah valid. Meskipun demikian, kita sebagai pengguna sosial media dan internet yang kritis, seharusnya timbul pertanyaan, “buktinya valid gak ni? Bisa aja tu bukti cuma diset biar kita bisa percaya”. Kalau kata Virgoun sih “kamu adalah bukti dari cantiknya paras dan hati”. Kalau buktinya cantik, pasti beritanya juga cantik luar maupun dalamnya.
Netizen pintar
Orang-orang yang saya nilai
dalam kategori ini, adalah orang- orang yang tahu secara baik guna dari dunia
maya, danmereka selalu bijak dalam menyingkapi informasi.
Bijak disini adalah Informasi apapun yang mereka dapat di dunia maya, mereka akan melakukan filtrasi ketat. Mereka melakukan pemilahan informasi, apakah informasi tersebut termasuk yang positif atau yang negatif?, kemudian diteruskan dengan melakukan validasi terhadap informasi tersebut, dengan membuka literatur lain yang memiliki akreditas terpercaya. Sehingga, informasi tersebut dapat dikatakan baik, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Selain itu, mereka juga berfikir bahawa apapun yang mereka bagi bukannya hanya informasi. Namun, mereka juga merasa bahwa ada tanggung jawab terhadap informasi yang mereka share. Oleh karena itu, mereka melakukan kualifikasi yang ketat terhadap informasi tersebut.
Dari opini saya di atas, anda termasuk yang mana? semua orang memiliki cara sendiri dalam menyingkapi informasi yang diterimanya. Namun, tidak semua informasi seenak itu di sikapin untuk selalu di teruskan kepada siapapun.
Akankah negara ini menjadi negaranya kaum intelektual?
0 comments